Pengurus Baru PGRI Sarolangun, Angin Segar Bagi Pendidikan Daerah
SAROLANGUN - Pelantikan pengurus baru Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Sarolangun masa bakti 2025–2030, dinahkodai oleh bapak Ali Umar,S.Pd, M.Si.
Tidak hanya seremoni pergantian kepemimpinan. Ia Ali Umar adalah simbol harapan baru, energi baru, dan komitmen yang diperbarui dalam memperjuangkan kemajuan dunia pendidikan di tingkat Bumi Sepucuk Adat Serumpun Pseko.
Semua itu disampaikan oleh Muhammad Fakhri, H.S. Fakhri menilai bahwa pergantian pengurus PGRI yang baru merupakan momentum konsolidasi kekuatan guru secara mpral dan intelektual.
"Di tengah berbagai tantangan pendidikan yang semakin kompleks, kehadiran pengurus PGRI yang baru harus dimaknai sebagai momentum konsolidasi kekuatan guru, bukan hanya secara organisasi, tapi juga secara moral dan intelektual," ujarnya menilai.
Selain itu, Dari Representasi Menjadi penggerak organisasi profesi tertua dan terbesar di Indonesia.
Organisasi PGRI memiliki peran penting dalam mengawal profesionalisme dan kesejahteraan guru Di Sarolangun.
"Peran ini terasa semakin relevan. Dengan latar belakang geografis yang beragam mulai dari kawasan Kota hingga pelosok Desa,"sambungnya lagi.
Selain menyandang tongkat estafet organisasi, Fakhri yakin PGRI Sarolangun di bawah komando Ali Umar mampu menjadi jembatan aspirasi tenaga pendidik seraya berkolaborasi bersama Pemerintah.
Sekarang, Sudah waktunya PGRI Sarolangun menyusun peta baru. Dimana organisasi ini dapat menjawab tantangan literasi rendah, ketimpangan fasilitas pendidikan, hingga rendahnya partisipasi guru dalam inovasi pembelajaran.
"Tantangan ini tak bisa dihadapi hanya dengan retorika, tapi dengan strategi dan kerja nyata," imbuhnya.
Satu hal yang patut diapresiasi adalah kedekatan PGRI Sarolangun dengan Pemerintah Daerah, khususnya Bupati Sarolangun dan Dinas Pendidikan. Hubungan yang harmonis ini perlu terus diperkuat, agar kebijakan pendidikan tidak sekadar datang dari atas ke bawah, tapi lahir dari dialog yang setara antara pengambil kebijakan dan para pelaksana pendidikan di lapangan.
PGRI juga harus mulai merangkul elemen masyarakat lainnya—komite sekolah, tokoh adat, dunia usaha, dan media—untuk bersama-sama membangun ekosistem pendidikan yang sehat. Karena pendidikan bukan tanggung jawab satu pihak, melainkan urusan kolektif seluruh warga bangsa.
Penutup: PGRI Baru Sarolangun Maju
Pelantikan pengurus PGRI Kabupaten Sarolangun masa bakti 2025–2030 adalah titik awal, bukan titik akhir. Ini bukan akhir sebuah kontestasi, tapi awal dari kolaborasi. Guru-guru Sarolangun menanti arah baru yang lebih nyata dan membumi. Mereka berharap PGRI tidak hanya hadir saat upacara atau HUT organisasi, tapi juga hadir saat guru menghadapi masalah di sekolah, ketika guru di desa membutuhkan pelatihan dan dukungan moral.
PGRI Sarolangun memiliki potensi besar menjadi organisasi profesi yang progresif, inklusif, dan berpengaruh. Dengan semangat baru dan kepemimpinan yang visioner, PGRI bisa menjadi pelita pendidikan di Bumi Sepucuk Adat Serumpun Pseko—dan menjadi inspirasi bagi kabupaten lain di Provinsi Jambi maupun Indonesia.
Penulis adalah penggiat pendidikan dan pemerhati sosial di Kabupaten Sarolangun
Post a Comment